Oleh : Chairiza Muttaqin
Nim : 1910103010087
Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Syiah Kuala
- Pendahuluan
Tantangan dalam tata kelola ekonomi Aceh yang efisien dan transparan melibatkan beberapa aspek krusial. Salah satu tantangan utama adalah adanya praktik korupsi dan nepotisme. Korupsi dan nepotisme dapat merusak integritas sistem ekonomi, mempengaruhi alokasi sumber daya yang adil, dan menghambat pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Diperlukan tindakan tegas untuk memberantas korupsi dan memastikan bahwa keputusan ekonomi didasarkan pada pertimbangan objektif dan kepentingan masyarakat secara luas.
Selain itu, kurangnya transparansi dalam pengambilan keputusan ekonomi juga menjadi tantangan serius. Ketika informasi mengenai kebijakan, anggaran, dan proyek ekonomi tidak tersedia secara terbuka dan mudah diakses, masyarakat sulit untuk memahami dan mengawasi penggunaan sumber daya publik secara efektif. Transparansi yang buruk juga menciptakan celah untuk penyalahgunaan kekuasaan dan korupsi. Oleh karena itu, penting untuk mendorong transparansi dalam setiap tahap pengambilan keputusan ekonomi, mulai dari perencanaan hingga pelaksanaan dan evaluasi.
Selanjutnya, kelemahan dalam sistem regulasi dan penegakan hukum juga merupakan tantangan yang perlu diatasi. Ketika peraturan ekonomi tidak jelas, tidak konsisten, atau tidak diterapkan dengan tegas, hal ini dapat menciptakan ketidakpastian bagi pelaku usaha dan masyarakat. Diperlukan perbaikan dalam peraturan dan penegakan hukum yang jelas, efektif, dan adil untuk menciptakan iklim usaha yang kondusif dan melindungi kepentingan publik.
Tantangan lainnya adalah kurangnya partisipasi aktif masyarakat dalam pengambilan keputusan ekonomi. Partisipasi yang melibatkan masyarakat secara luas dapat memastikan kebijakan yang lebih responsif terhadap kebutuhan dan aspirasi masyarakat. Selain itu, partisipasi masyarakat juga dapat meningkatkan akuntabilitas dan transparansi dalam tata kelola ekonomi.
Dalam menghadapi tantangan-tantangan ini, diperlukan komitmen yang kuat dari pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat sipil untuk bekerja sama dalam memperkuat tata kelola ekonomi yang efisien dan transparan di Aceh. Upaya untuk memberantas korupsi, meningkatkan transparansi, memperbaiki regulasi dan penegakan hukum, serta mendorong partisipasi aktif masyarakat akan menjadi langkah penting dalam mewujudkan tujuan tersebut.
Dalam konteks reformasi, perubahan kebijakan dan praktik yang terarah dapat menghilangkan hambatan-birokrasi yang memperlambat pertumbuhan ekonomi. Reformasi yang berfokus pada penyederhanaan regulasi, perbaikan proses perizinan, dan penghapusan hambatan administratif dapat mendorong investasi dan inovasi, mengurangi biaya bisnis, dan mempercepat pertumbuhan sektor ekonomi. Dengan adanya reformasi yang efektif, pelaku usaha dapat mengalami kemudahan dalam beroperasi, memberikan kontribusi yang lebih besar terhadap pertumbuhan ekonomi, menciptakan lapangan kerja, dan meningkatkan daya saing.
Selain itu, birokrasi yang efektif adalah elemen penting dalam pembangunan ekonomi yang berkelanjutan. Birokrasi yang baik memiliki kemampuan untuk merumuskan kebijakan yang tepat, mengimplementasikan program-program pemerintah dengan efisien, dan menjaga tata kelola yang transparan dan akuntabel. Dalam birokrasi yang efektif, penegakan hukum yang kuat dan tata kelola yang transparan akan meminimalisir praktik korupsi, nepotisme, dan penyalahgunaan kekuasaan. Hal ini menciptakan kepercayaan dan kepastian bagi pelaku usaha, mendorong investasi, dan meningkatkan iklim usaha yang sehat.
Dilansir dari Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi “Dari hasil monitoring dan evaluasi, masih terdapat beberapa instansi pemerintah di Aceh yang pengelolaan SIPPN-nya belum maksimal. Tapi saya melihat keinginan yang besar untuk terus melakukan perbaikan dan saya apresiasi itu,” ujar Deputi Bidang Pelayanan Publik Diah Natalisa. Hal itu disampaikan saat memberikan arahan dalam acara monitoring dan evaluasi SIPPN wilayah Provinsi Aceh