ACEH – Ketua Jajaran Wartawan Indonesia (JWI) Aceh Timur, Hendrika Saputra, A.Md, meminta agar Kepala PLN Aceh segera dicopot dari jabatannya serta dimintai pertanggungjawaban penuh atas kerugian rakyat akibat pemadaman listrik serentak yang melanda Aceh dalam beberapa hari terakhir.
Pemadaman tersebut berdampak serius terhadap sektor peternakan ayam, terutama di Aceh Barat, Nagan Raya, dan Aceh Barat Daya. Ratusan peternak mengaku merugi hingga miliaran rupiah akibat matinya listrik berkepanjangan.
Koordinator Peternak Ayam Aceh Barat–Nagan Raya, Said Wahyu, menilai PLN tidak profesional dalam menjamin pasokan listrik. Menurutnya, gangguan listrik menyebabkan ayam stres, pertumbuhannya terganggu, hingga meningkatkan angka kematian.
“Akibat padamnya listrik dalam beberapa hari ini mengakibatkan kerugian hingga ratusan juta rupiah. Kami terpaksa beli air isi ulang, pakai genset, biaya operasional membengkak, sementara ayam stres bahkan mati,” ujarnya, Kamis (2/10/2025).
Kerugian besar juga dialami Muhammad Hatta, peternak di Gampong Blang Raja, Kecamatan Babahrot, Kabupaten Aceh Barat Daya. Sebanyak 18 ribu ekor ayam potong yang hampir siap panen mati massal setelah listrik padam selama tiga hari.
“Kalau ditotal, kerugian saya lebih kurang mencapai Rp800 juta. Semua ayam mati karena blower tidak berfungsi setelah genset panas dan mati,” kata Hatta kepada wartawan.
Hatta menyesalkan sikap PLN yang dinilai tidak transparan terkait informasi kapan listrik kembali normal. Ia mendesak PLN bertanggung jawab atas kerugian besar yang dialaminya.
Hendrika Saputra menegaskan, permasalahan ini bukan lagi sekadar teknis, melainkan sudah menyangkut nasib rakyat kecil.
“Pemadaman ini merugikan peternak, pedagang, dan masyarakat luas. PLN tidak bisa hanya minta maaf lewat media. Saya minta Kepala PLN Aceh segera dicopot karena gagal menjalankan tugas. Rakyat Aceh tidak boleh terus jadi korban,” tegas Hendrika.
Selain mengakibatkan kerugian ekonomi, para peternak juga khawatir pemadaman listrik berdampak pada pasokan ayam pedaging di pasar, terutama menjelang perayaan Maulid Nabi saat kebutuhan meningkat. Kondisi ini berpotensi memicu gejolak harga dan menambah beban masyarakat.
{Red}






















